Jumat, 25 Desember 2009

Kebajikan yang tak berakhir => The Actions which outlives you


1. Berikan Al Qur'an pada seseorang dan setiap dibaca anda mendapatkan hasanah
Give a copy of Qur'an to some one and each time they read from it, you will gain hasanaat

2. Sumbangkan kursi roda ke Rumah Sakit dan setiap orang sakit yang menggunakannya maka anda akan mendapatkan hasanah.
Donate a wheel chair to a hospital and each time a sick person uses it you will gain hasanaat

3. berbagi bacaan yang memnbangun
share constructive material with someone

4. Bantu pendidikan seorang anak
Help in educating a child

5. Ajarkan seseorang sebuah do'a, pada setiap bacaan do'a itu anda akan mendapatkan hasanah
Teach someone to recite a do'a, with each recitation U will gain hasanaat

6.berbagi CD Qur'an and Do'a
Share a do'a or Qur'an CD

7. terlibat dalam pembangunan mesjid
Participate in the bulding of a Masjid

8. Tempatkan pendingin air ditempat umum
place a water cooler in a public place

9. Tanam sebuah pohon, setiap orang atau binatang yang berteduh dibawahnya maka anda akan mendapatkan hasanah
Plant a tree, each time any person or animals sits under its shade or eats from tree yuo will gain hasanaat

10.bagikan kabar ini dengan orang lain. jika seseorang menjalankan salahsatu dari hal diatas anda akan mendapatkan hasanah InsyaAllah sampai hari akhir.
Share this with someone. If one person applies any of the above. you will receive your hasanaat insyaAllah until the judgement day.

KETIKA CINTA HARUS MEMILIH

Hidup tanpa cinta rasanya memang garing banget. Pokoknya bete deh. Sangat boleh jadi kehidupan ini dipenuhi oleh mereka-mereka yang berhati batu. Kejam, bengis, dan sejenisnya. Ibarat hidup di jaman Wild Wild West. Kill or be killed. Sadis!

Cinta, bisa tumbuh dan berkembang dalam sebuah kehidupan. Coba kamu perhatiin, ortu kita sayang banget kan sama kita? Kalo nggak sayang mah, kayaknya waktu kita bayi udah dibuang kali tuh. Tapi, alhamdulillah, ortu kita termasuk orang yang mampu memberikan cintanya kepada kita. Harapannya, agar kita bisa tumbuh, juga dengan memiliki rasa cinta.

Sobat muda muslim, cinta tumbuh di setiap makhluk yang bernyawa. Seperti sebuah lagu lawas berirama melayu yang syairnya kayak begini, �Rasa cinta pasti ada, pada makhluk yang bernyawa..../perasaan insan sama, ingin cinta dan dicinta..�
Yup, emang nggak ada tema yang abadi untuk dibahas selain masalah cinta. Tengok aja mulai dari lagu, puisi, prosa, sampai film didominasi masalah cinta. Wajar karena cinta adalah perasaan yang universal. Dimana-mana, di seluruh dunia, orang membutuhkan dan menginginkan cinta. Cinta ada pada orang tua yang cinta pada anak-anaknya, anak-anak yang cinta pada orang tuanya, adik dan kakak yang saling menyayangi seperti dalam film Children of Heaven, dan ehm, tentu saja cinta dirasakan oleh sepasang pria dan wanita.

Pendek kata dengan cinta kita bisa memberikan kesegaran dalam hidup seseorang. Kalo kamu ngasih uang seribu perak kepada mereka yang membutuhkan, itu artinya kamu telah menolong. Kalo bukan dengan rasa cinta, kayaknya nggak bakalan deh kamu tersentuh dengan penderitaannya. Itu sebabnya orang suka bilang bahwa cinta biasanya berbanding lurus dengan pengorbanan. Selalu seiring deh.

Dengan cinta pula, kamu biasanya peduli dengan orang lain. Tegur sapa dengan sesama kita, boleh jadi adalah hal kecil untuk menumbuhkan semangat kebersamaan. Tentunya dalam ikatan cinta di antara kita sebagai manusia. Kita yakin kok, semua manusia itu butuh cinta dan dicintai. Itu sebabnya, peduli adalah salah satu cara untuk menumbuhkan rasa cinta. Masing-masing dari kita dalam pergaulan sehari-hari, ogah banget kalo cuma dianggap sebagai bilangan, tapi kita kepengen juga diperhitungkan. Tul nggak?

Tentang kepedulian dan cinta ini, kita bisa meneladani Abdullah bin Amir. Dengan harga sembilan puluh ribu dirham, beliau membeli rumah milik Khalid bin �Uqbah yang berada di dekat pasar. Pada malam harinya, Abdullah mendengar suara tangis keluarga Khalid. Ia pun bertanya, kepada salah satu pelayan rumahnya, �Mengapa mereka menangis?�
�Mereka menangis karena mereka harus meninggalkan rumah yang telah tuan beli siang tadi,� jawab si pelayan.
Mendengar penjelasan itu, Abdullah bin Amir berkata, �Pelayan, katakan kepada mereka bahwa uang harga rumah yang telah mereka terima beserta rumah itu menjadi milik mereka semua.�

Subhanallah, Abdullah bin Amir bin Kuraiz tersebut, yang merupakan salah satu dermawan kota Baghdad telah memberikan teladan kepada kita, betapa rasa rasa peduli dengan nasib sesama membuatnya rela mengeluarkan hartanya. Sikap yang amat jarang bisa kita temukan saat ini. Kepengen juga kayak beliau.

Memiliki cinta? Berbahagialah!
Bang Doel Soembang pernah nyanyi begini, �Cinta itu anugerah, maka berbahagialah. Sebab kita sengsara, bila tak punya cinta�. Nggak mengada-ngada tentunya. Cinta memang penuh makna. Dan bisa memberikan kesenangan kepada yang mendapatkannya. Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkomentar tentang cinta, �Cinta itu bisa mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, mendorong untuk berpakaian yang rapi, makan yang baik-baik, memelihara akhlak yang mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shalih dan cobaan bagi ahli ibadah.�

Sobat muda muslim, jangan salah bahwa cinta bisa berarti sangat luas. Nggak sebatas hubungan antara pria dan wanita saja. Seperti yang udah dijelaskan di awal tulisan ini. Cinta, bisa berarti hubungan antara anak dan ortu yang full kasih sayang. Bisa juga berarti saling mencintai dan menyayangi dengan teman, bisa juga saling menumbuhkan rasa cinta di antara saudara, dan lain sebagainya. Pokoknya luas deh, termasuk cinta kita kepada harta, jabatan, tempat tinggal, kendaaraan, dan yang utama cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah saw. bahkan memberikan teladan bagus kepada kita bagaimana mencintai orang lain dengan tidak pandang bulu. Siapa pun ia, Rasulullah memberikan perhatian, kepedulian, dan tentu cintanya. Ada kisah menarik yang bisa kita simak. Diriwayatkan Abu Hurayrah (Nailul Awthar, 4: 90): �Ada seorang perempuan hitam yang pekerjaannya menyapu masjid. Pada suatu hari, Nabi saw. tidak menemukan perempuan itu. Nabi saw. menanyakan ihwalnya. Para sahabat mengatakan bahwa ia telah mati. Ketika Nabi menegur mereka kenapa tidak diberitahu, para sahabat mengatakan bahwa perempuan itu hanya orang kecil saja. Kata Nabi saw., �Tunjukkan aku kuburannya.� Di atas kuburan itu Nabi melakukan shalat untuknya.�

Subhanallahu, sungguh mulia sekali Nabi kita. Ia memberikan teladan yang amat bagus bagi hidup kita. Dalam kesehariannya, Rasul sangat menghormati para sahabatnya. Ambil contoh, suatu hari Abdullah al-Banjaliy tidak kebagian tempat duduk saat menghadiri majlis Rasulullah. Mengetahui hal itu, Rasul lalu mencopot gamisnya dan mempersilakan sahabatnya itu untuk duduk. Tapi Abdullah al-Banjaliy tidak mendudukinya, malah mencium baju Rasulullah dengan air mata yang berlinang, �Ya Rasulullah, semoga Allah memuliakanmu, sebagaimana Anda telah memuliakanku,� komentar Abdullah.

Hmm.. kira-kita kita begitu nggak sama teman kita? Kadang, di antara kita suka ada yang merasa sok sibuk mikirin ummat, sampe-sampe lupa untuk sekadar menyapa kepada teman kita, �Apa kabar?� Padahal, hal �sepele� itu bisa menumbuhkan kecintaan juga lho. Bener. Jangan dikira kagak ada efeknya. Pengaruhnya besar lho. Sebab, kepedulian akan menumbuhkan rasa cinta, dan itu bisa menjadi jalan bagi seseorang untuk bisa menikmati hidup dengan tenang dalam sebuah kebersamaan yang penuh kasih sayang. Nggak percaya? Cobalah kamu lakukan. Siapa tahu kepedulian kamu akan bisa membuat temanmu merasa bahagia. Ditanggung antimanyun deh. Suer.

Itu semua karena cinta sodara-sodara. Sungguh, berbahagialah orang yang memiliki cinta dan memberikannya kepada orang lain. Bahkan bila perlu korbankan segala yang kita miliki dan cintai. Sekali lagi, berbahagialah mereka yang memiliki cinta.

Prioritas cinta kita...
Adakalanya kita sulit menentukan pilihan, bahkan sekadar membuat urutan prioritas sekali pun. Bener, kita kadang bingung kalo disodorkan berbagai pilihan yang kudu diambil salah satu. Apalagi semua pilihan itu memikat. Rasanya sayang kalo sampe nggak diambil. Tapi, dalam kondisi tertentu kita dituntut untuk bisa menentukan prioritas cinta kita. Untuk apa dan kepada siapa. Siap kan?

Dari semua cinta yang kita miliki, pastikan cinta kepada Allah dan Rasul-Nya menempati daftar utama dalam kehidupan kita. Yang lainnya; cinta harta, kendaraan, jabatan, status sosial, tempat tinggal, perusahaan, barang dagangan, bahkan cinta kita kepada keluarga, dan suami atau istri (bagi yang udah punya he..he..) harus rela untuk �dikesampingkan�. Allah Swt. berfirman:� �Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.� (at-Taubah [9]: 24)

Untuk masalah ini, Rasulullah pantas dan layak menjadi teladan kita. Maka jangan heran jika Aisyah ra. bercerita tentang Rasulullah saw. setelah didesak oleh Abdullah bin Umar. Apa yang diceritakan Ummul Mukminin?

Beliau menceritakan sepotong kisah bersama Rasulullah saw. (Tafsir Ibnu Katsir, I: 1441): �Pada suatu malam, ketika dia tidur bersamaku dan kulitnya sudah bersentuhan dengan kulitku, dia berkata, �Ya, Aisyah, izinkan aku beribadah kepada Rabbku.� Aku berkata, �Aku sesungguhnya senang merapat denganmu, tetapi aku senang melihatmu beribadah kepada Rabbmu.�Dia bangkit mengambil gharaba air, lalu berwudhu. Ketika berdiri shalat, kudengar dia terisak-isak menangis. Kemudian dia duduk membaca al-Quran, juga sambil menangis sehingga air matanya membasahi janggutnya, ketika dia berbaring, air matanya mengalir lewat pipinya mambasahi bumi di bawahnya. Pada waktu fajar, Bilal datang dan masih melihat Nabi saw. menangis,�Mengapa Anda menangis, padahal Allah ampuni dosa-dosamu yang telah lalu dan yang kemudian?� tanya Bilal. �Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur. Aku menangis karena malam tadi turun ayat Ali Imran 190-191. Celakalah orang yang membaca ayat ini dan tidak memikirkannya.�

Memang, adakalanya kita sulit banget menentukan pilihan utama di antara sekian pilihan yang semuanya bagus bagi kita. Tapi, di sinilah jiwa berkorban kita diuji. Apakah kita lebih mencintai Allah dan Rasul-Nya, atau memilih mencintai yang lain?
Sobat muda muslim, para sahabat Rasulullah juga memberikan teladan bagus buat kita. Khalid bin Walid salah satunya, beliau sampe berkomentar begini, �Malam yang dingin saat memimpin pasukan dalam sebuah ekspedisi untuk menghancurkan musuh-musuh Allah, lebih aku sukai ketimbang mendapatkan seorang bayi laki-laki yang baru lahir.� Subhanallahu, bukankah itu pelajaran yang amat berharga bagi kita tentang prioritas cinta?

Di Uzbekistan, saudara kita, para pengemban dakwah di sana, lebih memilih berhadapan dengan diktator Islam Abdulghanievic Karimov, ketimbang �serah bongkokan� alias mengalah kepada pemimpin jahat dan bengis itu. Banyak para pengemban dakwah yang kebanyakan para pemuda dikejar, ditangkap, dipenjara, dan tak sedikit yang kemudian dibunuh. Penjaranya nggak tanggung-tanggung, sobat. Penjara itu berada di suatu pulau di tengah laut Aral. Cukup? Belum! Tempat itu disebut Barisah Kilmaz alias �mereka yang pergi ke sana tak akan kembali�. Pulau itu adalah tempat pembuangan sampah nuklir! Ngeper? Oh, Tidak! Para pemuda di sana malah tambah semangat dan yakin dengan jaminan surga dari Allah swt. Karena membela agama-Nya. Semangat membela Islam lah yang menenggelamkan rasa takut dan keraguan. Cinta kepada Allah di atas segalanya. Sungguh luar biasa semangat mereka. Patut dicontoh.

Teman pembaca, jika kita harus memilih cinta, pilihlah yang utama, yakni cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Boleh kok kita mencintai yang lainnya, asal jangan melupakan Allah dan Rasul-Nya. Yuk, mulai sekarang kita belajar untuk mencintai Allah, Rasul-Nya, dan Islam dengan sepenuh hati kita. Insya Allah kita bisa kok. Yakin deh.?

itukah PERSAHABATAN yang engkau TAWARKAN. . .

Semula kau ku anggap pelita dalam hidupku
Semula kau ku anggap mata air bersama hatiku
Kau basuh kegundahanku dengan gelak tawa ceriamu
Kau siram kegelisahanku dengan cerita manismu

Selalu kurasakan senangnya hati denganmu
Selalu kuharapkan saat-saat kehadiranmu
Kau basuh keresahanku dengan kisah-kisah indahmu
Kau siram kedukaanku dengan semua dustamu

Serasa terjaga
Dalam mimpi setelah aku sadari
Engkau berlabuh
Hanya dikala suka tiada kala ku duka

Itukah persahabatan

Serasa terjaga
Dalam mimpi SETELAH AKU SADARI
Engkau berlabuh
Hanya dikala SUKA tiada kala ku duka

Itukah persahabatan

Yang engkau tawarkan
Tak pernah nyata tak terbalaskan
Oh BETAPA KECEWA KUPADAMU
BETAPA KECEWA
sahabatku

Wahai Illahi Rabbi
Berilah aku ketajaman mata hati
Sahabat sejati


Nikmat yang sering dilupakan

Penyusun: Ummu Muhammad Anik Rahmawati
Muraja’ah: Ust. Aris Munandar

Salah satu makar orang kafir adalah hendak menjadikan kaum muslimin berpandangan negatif terhadap agamanya sendiri. Mereka menampakkan Islam ini sebagai agama kuno, agama orang kampung, agama kaum pinggiran, agama orang-orang miskin, agama orang-orang yang mencuri sandal di masjid, agama yang suka kekerasan, agama yang merendahkan kaum wanita, dan berbagai bentuk image buruk lain yang mereka pasangkan dengan agama Islam ini. Sehingga kita dapati, banyak diantara saudara-saudara kita yang merasa malu dengan Islam, tidak menampakkan identitas kemuslimannya, mudah melakukan tasyabuh (peniruan) terhadap orang kafir, tidak bangga dengan Islam, bahkan mereka bangga dengan meniru-niru kebudayaan orang kafir, mereka lebih membanggakan tokoh-tokoh kafir dibandingkan dengan tokoh kaum muslim sendiri.

Padahal sesungguhnya Islam merupakan nikmat paling agung yang dikaruniakan Allah tidak kepada semua hambanya. Berbeda dengan nikmat lain, yang berupa makanan atau rizki, Allah berikan kepada semua hamba-Nya, baik manusia (baik kafir ataupun mukmin), binatang, ataupun tumbuhan. Sedangkan Islam hanya diberikan kepada manusia pilihan saja. Jadi, hendaknya kita mensyukuri nikmat Islam ini, agar Allah tidak mencabutnya dari diri kita.

Kita juga sering mendengar ceramah-caramah para dai, mengingatkan agar kita mensyukuri nikmat Islam, yang merupakan nikmat paling besar dari Allah. Tapi, banyak diantara kita yang masih lalai akan nikmat tersebut. Hal ini karena masih banyak diantara kaum muslimin yang belum paham tentang Islam. Sehingga di tengah gencarnya pemurtadan yang dilakukan oleh para misionaris, banyak dari saudara-saudara kita yang belum paham akan nikmat Islam sehingga menjadi mangsa mereka. Padahal, sungguh merupakan kecelakaan yang besar ketika seseorang berpaling dari Islam, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam Qs. Al-Baqarah: 217, yang artinya,

“Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”

Agar kita bangga dan bersyukur akan nikmat Islam ini hendaknya kita tahu, apa itu Islam, dan apa kelebihan-kelebihannya jika dibandingkan dengan agama lain, sehingga syukur kita ini, tidak hanya di lisan, tapi juga di hati, yaitu berupa keyakinan yang mangakar kuat akan kebenaran Islam, serta dilaksanakan dalam perbuatan-perbutan untuk melaksanakan konsekuensi dari Islam.

Makna Islam

Ulama mengartikan Islam dengan berbagi makna, antara lain:

1. Iman dan tho’at, ini adalah pendapat Abul Aliyah, jumhur ulama (Tafsir Al-Qurthubi 3/43, Tafsir Fathul Qodir, Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 7/266,7/365)
2. Mengamalkan rukun Islam yang lima (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 7/365).
3. Istislam (menyerahkan diri) kepada Allah dan melaksanakan perintahnya (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 7/426).
4. Mengikuti risalah Allah yang diturunkan kepada Rasul-Nya dengan melaksanakan yang wajib maupun sunnah, serta meninggalkan larangan-Nya (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 27/63).
5. Membendung perbuatan keji dan mungkar (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah 32/122)
6. Mentauhidkan Allah, karena syahadat mengandung tauhid (Madarijus Shalikin 3/475).
7. Keyakinan hati, beramal, dan menyerahkan segala urusan kepada ketentuan Allah sebagaimana Allah mensifati Nabi Ibrahim ‘alaihis salam, dalam Qs. Al-Baqarah: 131,
“Ketika Rabb-Nya berfirman kepadanya ‘aslim (tunduk patuhlah)!’, Ibrahim menjawab, ‘aslamtu lirobbil’alamiin (aku tunduk patuh kepada Rabb semesta alam’.”
8. Islam adalah berserah diri pada Allah dengan tauhid, tunduk dengan ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan ahlinya (Al-Ushul Ats-Tsalatsah, Syaikh Abdul Wahab At-Tamimi).

Masih banyak kita jumpai sebagian dari kaum muslimin yang mengaku Islam hanya sebagai formalitas saja, Islam KTP, seakan-akan hanya dengan bermodalkan KTP Islam saja, mereka yakin akan selamat di hari kiamat kelak. Padahal Islam yang dapat menyelamatkan kita adalah Islam yang meliputi ketiganya, yaitu keyakinan di hati, diucapkan, dan melaksanakan konsekuensinya, seperi yang tersirat dari makna Islam yang telah diuraikan di atas.

Bukti Kebenaran Islam

1. Peraturan/kitabnya tidak berubah
Kebenarannya dijaga oleh Allah, tidak ada satupun makhluk yang dapat mengubahnya.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya, Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sesungguhnya kamilah yang benar-benar memliharanya.” (Qs. Al-Hijr: 9)
Sedangkan kitab maupun peraturan agama lain tidak pernah terlepas dari perubahan, ini menunjukkan ketidaksempurnaan yang ada pada selain Al-Quran (Islam).
2. Islam berdasarkan wahyu
Islam bukanlah hasil pemikiran dan karya manusia, bukan penemuan, ataupun hasil musyawarah, ia adalah wahyu dari Allah yang diturunkan kepada utusan-Nya, Rasulullah Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam.
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam.” (Qs. Ali-Imran: 19)
3. Islam diakui oleh tokoh Nasrani
Heraklius, raja Romawi, mengakui bahwa Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, nabi yang menyeru kepada Islam, adalah nabi akhir zaman yang sah berdasar kitab Injil saat itu, seperti dinukil dalam perkataannya,
“Dan sungguh aku yakin bahwa nabi akhir zaman ini tentu akan keluar, tapi aku tidak mengira bahwa dia itu dari golonganmu (Arab). Andaikata aku mengetahui aku bisa menemuinya, niscaya hal itu kuanggap sebagai sesuatu yang agung. Bila aku berada di sisinya aku akan basuh kedua telapak tangannya, sungguh kerajaannya akan merebut apa yang kumiliki ini.” (HR. Bukhari)
4. Banyak orang kafir yang masuk Islam
Kebanyakan orang kafir masuk Islam karena mengetahui kebenaran di dalamnya, berbeda dengan orang murtad yang meninggalkan Islam karena kebodohan dan rakus dunia. Mereka adalah orang-orang yang tidak mendapat petunjuk, karena sesungguhnya Islam adalah petunjuk.
5. Penukil Islam diabadikan sepanjang masa
Islam yang sampai pada zaman sekarang ini, tidak seperti agama samawi sebelumnya dan tidak seperti agama ciptaan manusia yang tidak ada bukti sanadnya. Tetapi Islam, sampai pada kita dengan sanad yang terpercaya yang dibukukan oleh hadits sepanjang masa. Ini juga merupakan bukti penjagaan Allah terhadap Islam.

Bukti Kesempurnaan Islam

1. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya,

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Qs. Al-Maidah: 3)

Turunnya ayat ini menunjukkan telah sempurnanya Islam. Ini menujukkan rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya, yang memberikan petunjuk dengan sangat sempurna, sehingga tidak akan tersesat orang yang mau mengambilnya.

2. Islam membahas semua urusan

Islam tidak hanya membahas urusan ibadah dengan Rabb-nya saja, tetapi menyangkut tatanan semua hidup di dunia, seperti muamalah sesama manusia, sesama makhluk yang lain, membahas kesehatan dan penjagaannya, bahkan membahas urusan kebahagiaan di akhirat.

Hal ini dapat dibuktikan dalam kitab hadits dan kitab fiqih, dibahas disana tatanan hidup di dunia, dan upaya untuk menempuh kebahagiaan di akhirat. Salah satu contohnya adalah riwayat dari Salman Al-Farisi radliyallahu ‘anhu, berkata,

“Kami pernah ditanya oleh orang musyrik, ‘Sesungguhnya aku melihat temanmu (Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam) mengajarkan bagimu (segala sesuatu) bahkan mengajarkan kepadamu tata cara buang air?’ Lalu Salman menjawab, “Benar, beliau melarang salah satu diantara kami beristinja’ dengan tangan kanan, atau mengahadap kiblat, beliau melarang beristinja’ dengan kotoran binatang atau tulang, beliau bersabda,’ Janganlah salah satu diantara kamu beristinja’ kurang dari tiga batu’.” (HR. Muslim: 386)

3. Islam menolak tata cara ibadah baru

Karena Islam telah sempurna, maka Islam menolak ibadah baru yang berupa penambahan, pengurangan, dan perubahan atau perkara baru, sekalipun bertujuan baik dan dinilai oleh umat sebagai sesuatu hal yang baik. Karena suatu kebaikan tidak dipandang dari penilaian umat (orang banyak), tapi kebaikan adalah berdasarkan syariat, dan kita harus yakin bahwa apa-apa yang telah ditetapkan syariat adalah baik dan telah sempurna, sehingga tidak perlu ditambahi, dikurangi, atau diubah lagi. Barang siapa yang melakukakannya berarti telah mendustai kerasulan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Barangsiapa mengadakan cara baru dalam perkara diin kami, maka tertolak.” (HR. Muslim 2499).

4. Islam untuk semua makhluk

Agama Islam yang dibawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah agama untuk semua makhluk di penjuru dunia dan berlaku sampai hari kiamat, berbeda dengan agama para rasul sebelumnya yang terbatas waktu dan pemeluknya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk rahmat bagi semesta alam.” (Qs. Al-Anbiya’: 107)

5. Islam menghapus agama samawi yang lain

Ibnu Kaisan berkata, firman Allah yang artinya, “Sesungguhnya agama di sisi Allah hanyalah Islam.” Menunjukkan semua agama yang dahulu diganti, karena kalimat agama ini jatuh di awal ayat, sedangkan yang akhir sebagi badal (penggantinya) yaitu Islam. Jadi, agama-agama yang awal sudah tidak dipakai lagi, barangsiapa yang masih mengambilnya, dan mengatakan agama lain juga haq (semua agama sama) maka sesungguhnya ia telah mendustakan ayat-ayat Allah dan merupakan kekafiran.

Keistimewaan Islam

1. Islam menghendaki kemudahan
Syariat di dalam Islam sesungguhnya adalah mudah, jika dibandingkan dengan syariat agama yang lain, karena sesungguhnya Islam adalah agama fitrah, dimana ia akan mudah bagi orang-orang yang masih lurus fitrahnya. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Qs. Al-Baqarah: 185)
2. Memerintah menurut kemampuan
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Qs. Al-Baqarah: 286)
Misalnya, orang yang tidak mampu sholat dengan berdiri, boleh dengan duduk, tidak mampu puasa boleh mengganti di hari lain atau membayar fidyah, tidak mampu mengeluarkan zakat, maka dia berhak mendapatkan bagian zakat, dan seterusnya.
3. Tidak ada hukuman bagi orang yang lupa atau tidak tahu
Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “(Mereka berdoa),’Ya Rabb kami, jangan engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah.’” (Qs. Al-Baqarah: 286)
Kemudahan Islam ini sangat berbeda dengan hukum manusia, jika sudah dikeluarkan ketetapan, tahu atau tidak tahu, jika bersalah, umumnya tiada maaf baginya, atau dimaafkan dengan uang.
4. Islam mengajak umat bersatu
Islam mengajak umat bersatu di atas tali (agama) Allah, yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman Salafush Shalih, bukan bersatu karena keturunan, bangsa, suku, golongan, dan tempat. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya, “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali Allah, dan janganlah kamu bercerai berai.” (Qs. Ali-Imran: 103)
5. Islam meninjau kemuliaan dari sisi amal
“Sesungguhnya Allah tidak melihat badanmu dan tidak pula penampilanmu, tetapi melihat hatimu dan amalmu.” (HR. Muslim 4650)
6. Islam bukan nama orang dan tempat
Nama Islam bukanlah nama nabi dan tempat, berbeda dengan agama lain, kadangkala diambil dari nama tempat, suku, golongan, nama pendiri, nama orang, misalnya Nasrani, Yahudi, Konghucu, Budha, Jahmiyah.
7. Hukum Islam berlaku untuk pemimpin dan pengikut
Di dalam Islam hukum berlaku untuk semua lapisan umat, tidak ada keringanan untuk pemimpin, atau penindasan untuk rakyat sebagaimana lazimnya peraturan manusia.
“Hai manusia, sesungguhnya tersesatnya orang sebelummu, bila terjadi pencurian di kalangan orang mulia (penguasa) mereka dibiarkan, tapi jika yang mencuri orang yang lemah, mereka laksanakan hukuman. Demi Allah, andaikan Fathimah putri Muhammad mencuri, tentu Muhammad akan memotong tangannya.” (HR. Bukhari 6290)

Sempurnakan Syukurmu akan Islam

Subhanallah, setelah kita mengetahui kebenaran, kesempurnaan, serta keistimewaan Islam, tidak selayaknya kita melalaikan nikmat ini begitu saja. Hendaknya kita mensyukuri nikmat ini dengan sebenar-benarnya syukur, agar Allah tidak mencabut nikmat Islam dari kita. Na’udzubillah. Karena celakalah seseorang di dunia dan akhirat ketika ia keluar dari Islam. Yang kedua kita bersyukur, agar Allah menambahkan nikmat Islam kepada kita. Berupa apa? tentu saja berupa keimanan, penjagaan dan karunia lain dari Allah.

Lalu bagimanakan syukur yang sempurna? Syukur seseorang dianggap sah dengan tiga rukun, dia harus mengakui nikmat Allah di hatinya, menyebut dengan lisannya, dan menggunakannya dalam amalan. Seperti perkataan Ibnu Hazm,

“Orang yang bersyukur dengan lisannya saja tanpa menyertakan anggota badannya, seperti orang yang memiliki banyak pakaian, namun dia hanya memegang bagian ujungnya, tanpa ia kenakan, praktis tidak bermanfaat baginya untuk mengusir hawa dingin dan panas.”

Syukur Islam dengan hati, hendaknya kita meyakini akan kebenaran Islam, tidak mendustakannya. Syukur dengan lisan, hendaknya kita bangga menyatakan keislaman kita, syukur dengan amal perbuatan hendaknya kita melaksanakan konsekuensi-konsekuensi dari Islam, yaitu dengan berserah diri kepada Allah semata, tidak menyekutukannya, tunduk terhadap perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, yang disampaikan melalui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan berlepas diri dari orang-orang kafir (musyrik) yang menyekutukan Allah, tidak menjadikan mereka sebagai wali atau sahabat dekat, serta berlepas diri dari ahlu bid’ah, yang tidak mencukupkan diri dengan apa yang dibawa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam.

Hendaknya kita tidak menjadi orang munafik, yang menjadikan Islam sebagai sarana untuk mendapatkan dunia, hanya mengambil Islam dari hal-hal yang sekiranya menguntungkan untuk dunia saja, tapi menolak hal-hal yang tidak menguntungkan baginya. Karena Islam adalah satu kesatuan. Islam melazimkan untuk tunduk dan patuh dalam segala hal yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana yang diperintahkan Allah dalam Qs. Al-Baqarah : 208, “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu musuh yang nyata bagimu.”

Maraji’ : Al-Furqon, edisi 7 th III/ shofar 1425

SaudariQ,, Bagaimanakah Engkau Bergaul?

Berlebihan dalam bergaul adalah penyakit parah yang menyebabkan segala maksiat. Berapa banyak kenikmatan yang dihilangkan oleh percampuran dan pergaulan? Berapa banyak permusuhan yang ditanamkan oleh pergaulan? Berapa banyak pergaulan menanamkan di dalam hati pengaruh-pengaruh yang dapat menghancurkan gunung yang kukuh, sedangkan pengaruh tersebut di dalam hati tidak dapat hilang?

Maka, di dalam pergaulan yang berlebihan terdapat kerugian dunia dan akhirat. Hendaknya seorang hamba hanya mengambil pergaulan sekadar kebutuhan dan menjadikan manusia di dalam pergaulan itu menjadi empat bagian. Bila salah satu bagian bercampur dengan bagian lainnya dan tidak membedakan bagian-bagian itu, maka akan masuk kepadanya kejahatan.

Pertama, teman bergaul itu laksana makanan, tidak mungkin bisa ditinggalkan pada waktu siang dan malam. Apabila ia telah mengambil kebutuhannya dari orang itu, ia akan meninggalkan pergaulan dengannya. Apabila ia membutuhkannya lagi, maka ia akan kembali padanya, begitu seterusnya. Orang macam ini lebih kuat dari api yang merah. Mereka itu adalah para ulama yang tahu tentang Allah dan perintah-Nya, tipuan-tipuan musuh-Nya, penyakit-penyakit hati dan obat-obatnya. Bergaul dengan kelompok ini membawa keuntungan yang sebesar-besarnya.

Kedua, teman bergaul itu laksana obat. Yaitu, yang dibutuhkan ketika datang penyakit. Maka, selama engkau sehat, engkau tidak perlu bergaul dengannya. Mereka itu adalah orang-orang yang tidak boleh tidak, pasti kamu bergaul dengannya dalam kemaslahatan kehidupan. Mereka adalah orang-orang yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup atau orang yang dibutuhkan dalam macam-macam hubungan pekerjaan, hubungan sosial, bermusyawarah dan pengobatan dan lain-lainnya. Apabila engkau telah menyelesaikan kebutuhanmu dari bergaul dengan kelompok ini, maka akan ada kelompok ketiga.

Ketiga, mereka adalah orang yang bergaul dengannya bagaikan penyakit dengan berbagai macam tingkatan, bentuk, kekuatan dan kelemahannya. Di antara mereka ada yang bergaul dengannya bagaikan penyakit yang ganas dan penyakit menahun. Teman seperti ini tidak memberikan keuntungan baik dalam agama maupun dalam kehidupan dunia. Malah, jika engkau bergaul dengannya, engkau akan merugi dalam agama dan dunia atau salah satu dari keduanya. Orang macam ini, jika engkau bergaul dengannya dan berhubungan erat denganmu, maka ia bagaikan penyakit kematian yang sangat mengerikan.

Di antara mereka ada yang bagaikan penyakit gigi, sangat menyiksamu. Jika ia meninggalkan kamu, maka rasa sakitnya akan hilang. Ada juga teman bergaul yang seperti penyakit demam. Yaitu, orang yang berat bicara dan dibenci pikirannya. Dia adalah orang yang tidak baik pembicaraannya sehingga engkau dapat mengambil manfaat (dari pembicaraannya). Dia tidak pandai mendengarkan sehingga ia dapat mengambil manfaat darimu. Dia tidak mengetahui dirinya, sehingga ia metelakkannya sesuai posisinya.

Bahkan, kalau berbicara, maka bicaranya seperti tongkat, memukul hati para pendengar. Sedangkan, ia merasa bangga dan senang dengan perkatannya. Maka, dia bagaikan mengeluarkan kentut dari mulutnya setiap kali berbicara. Sedangkan, dia menyangka bahwa ia bagaikan parfum yang mengharumkan majelis. Apabila dia diam, maka ia lebih berat dari setengah penggilingan padi yang besar yang tidak kuat di bawa atau ditarik di atas tanah.

Imam Syafi’i berkata, “Tidak ada seorangpun yang duduk di sampingku dari orang yang berat kecuali aku dapatkan di sisi tempat ia berada lebih rendah dari sisi yang lain.” Suatu hari aku melihat di sisi syaikh kami (Ibn Taimiyah -guru Ibnul Qoyyim) seorang dari jenis ini. Syaikh membawanya, sedangkan saya sudah melemah kekuatanku untuk membawanya. Maka, syaikh menoleh kepadaku dan berkata, ‘Mempergauli orang yang berat bagaikan demam empat (demam yang datang setiap hari keempat). Akan tetapi, ruh kita telah kecanduan penyakit demam. Sehingga, sudah menjadi kebiasaannya.’ Atau sebagaimana yang ia katakan.”

Secara umum, mempergauli penentang demam bagi ruh adalah perkara yang terhamparkan dan mesti ada. Barangsiapa yang dunia tidak berpihak kepadanya, yaitu dengan diuji dengan satu orang semacam ini, maka dia tidak harus mempergauli dan mencampurinya. Hendaklah ia bergaul dengan orang jenis ini dengan baik sehingga Allah menjadikan baginya jalan keluar.

Keempat, teman bergaul yang hanya akan mendatangkan kebinasaan bagaikan memakan racun. Jika kebetulan menemaninya, maka hendaklah ia makan penawar racun. Kalau diberikan taufik akan mendapatkan obat yang menyelamatkan dari racun ini, yaitu seorang teman yang shalih yang akang menyelamatkan dari musibah ini. Kalau tidak (mendapatkan teman yang shalih), maka lebih baik di-ta’ziyah (karena kebinasaannya). Alangkah banyaknya orang macam ini di kalangan manusia, semoga Allah tidak meperbanyak orang macam ini. Mereka itu adalah ahli bid’ah dan kesesatan. Mereka adalah orang-orang yang menentang sunnah Rasulullah bahkan menyerukan kepada yang sebaliknya. Mereka adalah orang-orang yang mencegah dari jalan Allah dan mengharapkannya bengkok. Maka, mereka menjadikan bid’ah menjadi sunnah dan menjadikan sunnah mejadi bid’ah. Mereka menjadikan yang ma’ruf menjadi munkar dan menjadikan yang munkar menjadi ma’ruf.

Jika kamu sucikan tauhid diantara mereka, mereka mengatakan, “Kamu mencela kemuliaan para wali dan orang-orang saleh”. Jika kamu murnikan ittiba’ mengikuti Rasulullah, mereka berkata, “Kamu telah memusnahkan para ulama yang patut diikuti.” Jika kamu menyifatkan Allah dengan sifat-sifat yang Allah sifatkan dirinya sendiri dan sifat-sifat yang disifatkan oleh Rasulullah tanpa berlebihan dan kekurangan, mereka mengatakan, “Kamu adalah orang-orang musyabbihin (yang menyerupakan Allah).”

Jika kamu memerintahkan sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya perintahkan dari perbuatan baik dan kamu melarang sesuai dengan apa yang Allah dan Rasul-Nya larang dari perbuatan munkar, maka mereka mengatakan, “Kamu adalah orang-orang yang terkena fitnah”. Jika kamu mengikuti sunnah dan meninggalkan yang bertentangan dengannya, maka mereka mengatakan, “Kamu termasuk orang-orang ahli bid’ah yang menyesatkan”.

Apabila kamu memutuskan tali keduniaan karena hanya beribadah menuju Allah dan kamu tinggalkan mereka berkubang dalam bangkai dunia, maka mereka mengatakan, “Kamu adalah termasuk orang-orang yang terkacaukan”. Jika kamu meninggalkan apa yang telah kamu kerjakan dan kamu mengikuti hawa nafsu mereka, maka kamu di sisi Allah termasuk orang-orang yang merugi dan di sisi mereka termasuk orang-orang yang munafik.

Pegangan yang terkuat adalah hanya dengan mencari keridhaan Allah dan Rasul-Nya dengan cara membuat marah mereka. Jangan pedulikan teguran-teguran dan cacian-cacian mereka. Jangan hiraukan celaan dan kebencian mereka. Karena itu adalah inti dari kesempurnaanmu, sebagaimana dikatakan dalam syair.

Dan apabila datang pencelaanku dari orang-orang yang kurang, maka itu adalah saksi sesunnguhnya aku yang lebih baik.

Dan sungguh menambahkan kecintaanku kepada diriku, bahwa diriku dibenci oleh orang yang tidak berguna.

Semoga Allah memberikan shalawat dan salam kepada junjuan kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta keluarganya dan para sahabatnya serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan biak sampai hari pembalasan.

Dikutip dari kitab Tafsir Surah Mu’awadzatain, Surat Al-Falaq dan An-Naas Melindungi dari Kejahatan Jin dan Manusia, Imam Ibnu Al-Qoyyim Al-Jauziyah, Akbar,2002