Lima menit saja
Pagi yang mendung mengantarkanku pada sebuah kegelisahan. Dengan resah aku mengambil telefon genggam milikku, aku pun mulai memijit nomor seseorang yang sedang aku nanti.
”Halo, assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.”
”Mas, lagi dimana?”
”mas lagi di kantor, De.”
”Di kantor? bukannya Mas janji kalo sekarang mau ke rumah?”
”Iya, Masih nyelesain tugas nih! lima menit lagi juga udah beres, nanti Mas ke sana kok De.insyaallah, tunggu lima menit lagi aja ya De.”
”Iya deh! cepetan ya Mas.”
”Iya.”
”Ya udah deh.. assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.”
Aku terpekur memandangi telefon di tangan kiriku. Gelisah, ku pejamkan mataku. Memoriku memutar kejadian beberapa hari lalu, mas irfan berjanji akan datang ke rumahku pagi ini.
Di sebrang sana seorang irfan sedang mengerjakan tugasnya sebagai direktur utama, dengan pikirannya yang menerawang tentang janji yang akan dia penuhi pada sang pujaan hati. Dengan hati yang tak bisa di ungkapkan dia tersenyum, ”Hasna mar’atu shalihah..” lamunannya membuyar oleh suara telefon genggamnya yang berdering. Akh, hasna..
”Halo!”
”Assalamu’alaikum, mas.”
”Ya, de.”
”Mas, sekarang udah lima menit lho!”
”Iya, bentar ya de, mas lagi banyak tugas nih.! 5 menit lagi aja deh.”
”Ya deh. cepetan ya. assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.”
Dengan perasaan kecewa hasna menutup telefon genggamnya.
Dan irfan pun meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda oleh lamunannya, namun tiba-tiba telefon gengamnya kembali berdering.
”Assalamu’alaikum, mas gimana udah selesai tugasnya?”
”Wa’alaikumsalam, belum de.. 15 menit lagi ya?”
”Kok lama amat sih mas? Mangnya gak bisa di tunda tugas kantornya?”
”Gak bisa de, tugasnya penting banget. Harus di selesaikan sekarang.”
”Mas, kok gitu sih! Jadi tugas kantor lebih penting dari hasna?”
”Bukan gitu de! Ade ngertiin mas dong!”
”Ya, udah deh! Cepetan ya! assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.”
Dengan hati yang tak karuan, aku pun mengerjakan tugas kantornya dengan cepat. Dengan harapan aku akan segera memenuhi janji pada hasna pujaan hatiku beberapa hari lalu, aku bahagia. Sebentar lagi hasna akan menjadi milikku, sekarang aku akan melamarnya! .
Akhirnya aku menyelesaikan tugasku, aku tersentak. Ketika ku lihat jam yang ada di tanganku, aku mengerjakan semua tugasku dalam waktu setengah jam? Sedang janjiku menyelesaikan semuanya dalam waktu 15 menit. tapi, mengapa hasna tak kembali menelfonku? Sedang Dengan perasaan cemas, segera ku raih ponsel ku dan menelfonnya.
”Halo! assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam”
”De! Mas udah selesai ngerjain tugasnya. Sekarang mas ke sana de.”
”Ga usah mas!”
”Kenapa de? Mas ingin menepati janji mas ma ade, mas akan meminta ade dari orang tua ade, bukannya semua itu yang kita harapkan dari dulu?”
”Maaf mas,”
”Kenapa de?”
”maaf mas, mas terlambat.”
”Maksud ade apa?”
”Maaf mas, udah ada yang lebih dulu datang ke rumah.. lima menit lalu, ada yang telah memintaku pada orang tuaku.”
Deg! Aku terlonjak. Duduk tak bergerak. darahku terasa beku. Tanganku menjadi dingin. Hatiku bertanya-tanya, apa yang terjadi pada diriku. Dengan gugup aku segera meneruskan pembicaraan dengan hasna,
”Ya,semoga kamu bahagia de..assalamu’alaikum.”
”Wa’alaikumsalam.”
Aku begitu lemas hingga bulir-bulir air mata pun serentak berjatuhan tanpa bisa ku tahan. Aku tak tahu apa yang harus ku perbuat, aku bingung. Aku kecewa pada diriku! Mengapa aku mengabaikan sesuatu yang begitu berharga untuk hatiku. Dan untuk pertama kalinya,aku menangis.
Sebulan pun berlalu, dan aku masih sendiri menyesali semua yang terjadi pada diriku,
Toktoktok. “Ya,silakan masuk!”
”Ada undangan pak!”
”Ya, terima kasih”
dug,suara pintu di tutup.
aku buka undangan yang berwarna hijau daun tersebut, undangan untuk diriku. Atas pernikahan yang akan di laksanakan satu minggu lagi. Pernikahan hasna mar’atu shalihah dan rabbani ilham..
lamunanku kembali pada memoryku sebulan yang lalu, andai yang ada dalam undangan itu adalah namaku..
akh, hasna. Betapaku sesali lima menit yang telah berlalu..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar