Sabtu, 19 Desember 2009

Menggadaikan dunia untuk akhirat.

Keuntungan tak selamanya diukur dari banyaknya harta. Harta yang dimiliki terkadang membahagiakan, namun bisa jadi sangat mematikan. Malah bisa jadi kelebihan harta yang dimiliki menjadi siksaan yang melilit dan tak bisa keluar karena ketagihan.




Sahabat, adalah begitu indah ketika dunia kita jadikan ajang mencapai kebahagiaan hakiki. yang bukan untuk kepuasan fisik semata.



Kisah ini benar terjadi di sekeliling saya, sehingga begitu berasa.

Adalah Haji T P, seorang Muallaf keturunan di daerah Kota J Pantai Utara Jawa Barat, masuk Islam setelah menempuh jalan yang panjang. Dengan cobaan dan rintangan yang menempanya, pengusaha muda ini semakin mengukuhkan hati bahwa hal yang dia perjuangkan adalah nikmat tak terperi. Bahwa hidayah itu nikmat, namun sangat mahal harganya.



Dengan usaha toko bangunan yang dijalaninya ¬–setelah pertolongan dari Allah-, dia sanggup mendirikan lembaga pendidikan yang sangat jauh dari keuntungan duniawi.



Sahabat, ada sebuah fragmen dalam kesehariannya yang sangat berasa dalam hati saya.

Suatu hari menjelang maghrib, Haji T P didatangi konsumen untuk bertransaksi. Setelah harga disepakati, diperkirakan akan mendapatkan omzet dengan nominal 70 juta Rupiah. Konsumen dari Ibu kota ini sepakat bertransaksi. Hanya saja, sesuai saran dari Mama L, -paranormal kondang ibukota yang menjadi bahan rujukan si konsumen ini- transaksi harus dilakukan pas perubahan waktu maghrib. Jika tidak dilakukan pada hari itu, bulan itu, dan jam itu yang bertepatan dengan waktu shalat maghrib, maka transaksi harus diulangi tahun depan.



Ternyata, sikap Haji T P sungguh tak terduga. Dengan mantap dia berkata kepada si konsumen, “Pak, lebih baik saya kehilangan harta senilai 70 juta rupiah, daripada saya harus kehilangan satu kali kesempatan shalat maghrib”.



Subhanallah. Transaksi tidak jadi dilakukan. Keuntungan yang hampir digenggaman dilepas demi mengejar keuntungan yang lebih, lebih, lebih besar.







Dan hari esok lebih baik bagimu dari saat ini.



Sahabat, sudah tentu hal ini tidak akan muncul dari hati yang senantiasa mencintai dunia. Ketika hati diliputi keinginan terhadap dunia, motivasi beramal untuk akhirat pasti tersingkirkan.



“Dan pastilah akhirat itu lebih baik bagimu daripada dunia”

“Dan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal”



Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar: