Pada bulan Muharram, banyak terjadi peristiwa penting bersejarah, seperti dibebaskannya Nabi Yunus dari perut ikan paus, dibebaskannya Nabi Nuh dan umatnya dari terpaan banjir terbesar, dan selamatnya Nabi Musa dan umatnya dari kejaran dan kekejaman Firaun.
Bulan Muharram memiliki banyak keutamaan. Allah telah memilihnya menjadi bulan istimewa bagi umat Islam sepanjang sejarah sebagaimana peristiwa-peristiwa di atas. Nabi Muhammad mengistimewakan bulan ini dengan berpuasa pada tanggal 10. Berikut ini sebagian keutamaan bulan Muharram.
A. Diharamkan berperang.
“Allah SWT berfirman, ‘Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah menganiaya diri dalam bulan yang empat itu….” (QS At-Taubah: 36)
Empat bulan ini ialah Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab. Pada empat bulan ini, kita dilarang untuk melakukan peperangan, kecuali pada kondisi terdesak, seperti diserang oleh musuh.
B. Sebagai bulan Allah.
Rasulullah bersabda, “Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah (yaitu) Muharram….” (HR Muslim)
Bulan Allah (syahrullah) bermakna bulan ini memiliki keutamaan khusus dari Allah dengan menyandingkan dengan nama-Nya.
C. Sunat berpuasa.
Di dalam beberapa hadits lain disebutkan, di bulan ini terdapat sebuah hari yang disebut Yaumul 'Asyuro, yaitu tanggal sepuluh bulan Muharram. Pada hari ini, disunahkan berpuasa, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saw.
“Aku berharap kepada Allah, dengan puasa Asyura ini dapat menghapus dosa selama setahun sebelumnya.” (HR Bukhari dan Muslim).
Ibnu Abbas ra berkata, "Aku tidak pernah melihat Rasulullah saw berupaya keras untuk puasa pada suatu hari melebihi yang lainnya, kecuali pada hari ini, yaitu hari As-Syura dan bulan Ramadhan.” (HR Bukhari dan Muslim)
Islam memberikan yang terbaik kepada umat manusia. Memberikan jalan yang benar untuk menyelamatkan manusia agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Islam tidak menghendaki umatnya bertindak berlebih-lebihan, menghambur-hamburkan harta tanpa asas manfaat yang benar, apalagi jika membahayakan akidahnya.
Umumnya, pada tahun baru Masehi, perayaan disertai dengan mabuk-mabukan dan aneka acara hedonis yang bisa menyeret manusia ke dalam kerusakan dan kehinaan. Beriringan dengan itu, kecelakaan dan tindakan kriminal pun kerap terjadi. Jika dilihat oleh akal sehat dan kacamata ilmiah yang benar, tentu hal ini tidaklah dibenarkan. Terutama Islam yang sangat menekankan kemaslahatan sehingga sangat mengharamkan khamar dan perbuatan kriminal.
Adapun di dalam perayaan Tahun Baru Hijriah, kita bisa melakukan banyak hal yang bermanfaat. Tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan nilai Islam, seperti mabuk-mabukan dan joget ria. Kita mengisinya dengan tafakur, tasyakur, muhasabah, zikir, dan takhthit.
Tafakur dengan banyak memikirkan segala hal yang telah terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Tasyakur dengan mensyukuri segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita. Muhasabah dengan melakukan intropeksi atas berbagai kesalahan yang telah diperbuat untuk memperbaikinya di tahun mendatang. Zikir dengan banyak menyebut nama Allah dan mengingat seluruh kebesaran dan kekuasaan-Nya. Sedangkan takhthit, dengan membuat perencanaan atau pemetaan program yang akan dilaksanakan pada tahun berikutnya untuk lebih mengoptimalkan dan meningkatkan kualitas hidup.
Oleh sebab itu, Islam tidak membenarkan pesta-pora, tapi menganjurkan bersedekah, menyantuni fakir miskin, yatim, dan orang-orang yang membutuhkan. Islam tidak membenarkan berleha-leha dengan pemborosan waktu, tapi menganjurkan untuk bekerja keras dan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat. Islam tidak membenarkan dansa-dansi, tapi menganjurkan umatnya untuk berzikir mengingat Allah agar hati menjadi lebih tenang. Dan masih banyak hal lainnya.
Kebetulan pada tahun ini, tahun baru Islam atau tahun baru Hijriah mendahului tahun baru Masehi, hampir berdekatan, yaitu tepatnya pada tanggal 18 Desember 2009, jatuh sebagai tanggal 1 Muharram 1431 H. Pada permulaan tahun Islam ini, banyak peristiwa penting, hikmah, dan keutamaan yang bisa diraih umat Islam.
Di dalam perayaannya, tentu saja akan berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi. Islam mengisi tahun barunya dengan hal-hal yang penuh manfaat, tidak berhura-hura, apalagi dengan hal-hal yang diharamkan, seperti bermabuk-mabukan. Tahun baru Hijriah adalah masa instrospeksi, syukur, dan pencanangan program baru untuk tahun berikutnya yang lebih baik dari tahun sebelumnya.
Allah SWT berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Hasyr: 18).
“Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu memaklumkan: "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS Ibrahim: 7)
Pada tahun baru ini, kita mensyukuri seluruh nikmat dan karunia yang telah diberikan Allah di tahun sebelumnya agar nikmat tersebut bertambah dan tidak dicabut-Nya. Betapa bencana dan berbagai masalah yang timbul belakangan ini, ini dikarenakan kita kurang bersyukur kepada Allah. Akibatnya, kekayaan alam dan berbagai karunia Allah yang telah diberikan kepada kita tidak menjadi solusi dan kenikmatan lagi, tapi malah menjadi masalah dan kekisruhan yang tiada henti.
Jika kita melakukan introspeksi, besyukur, dan membuat pencanganan program, Insya Allah di tahun yang akan datang, kita bisa menjadi lebih dewasa dalam menyikapi seluruh masalah. Kita bisa menjadi bangsa yang bermartabat, mandiri, dan damai. Amiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar