Selasa, 22 Desember 2009

Buta Tidak Berarti Tidak Bisa Melihat

Subhanallah…

Itulah lafadz yang saat itu coba kulantunkan dengan lidah yang mungkin sering berbicara hal-hal yang kurang bermanfaat. Lafadz itu kuucap, hatipun menyusul lirih dan sendu merasakan kebesaran Allah yang ditampakkan di bumi-Nya ini.

Saat itu, ku melihat seorang anak laki-laki, kurang lebih berumur 12 tahun , yang memiliki kekurang sempurnaan dalam melihat, buta. Ia buta, namun keceriaan, canda dan tawanya, keriangannya seperti anak normal seusianya. Namanya Ismail, seorang anak yang lahir kembar dari rahim sang ibu yang tercinta, ia menapaki dunia ini bersama dengan saudaranya serahim, Ibrahim. Saudaranya ibrahim lahir dalam keadaan sehat dan normal, akan tetapi Allah berkehendak lain pada Ismail, Allah memberikan kebijakan lain terhadapnya, ia buta, buta karena malpraktek dari sebuah instansi kesehatan yang saat itu tidak mampu untuk melakukan perawatan secara intensif terhadap dirinya. Sehingga ia mengalamai kebutaan hingga sekarang, saat tulisan ini ditorehkan di dunia jejaring ini.

Ismail lahir di tengah-tengah keluarga yang kurang mampu. Namun, perhatian kedua orang tuanya terhadap pendidikan dan agama adalah terpenting bagi mereka. Bagi mereka, anak yang shalih adalah cita-cita mulia yang mereka impikan. Sehingga tak heran, jika mereka terus mengingatkan kedua putranya itu untuk selalu dekat dengan Allah di setiap saat.

Senin, 19 Maret 2007, adalah hari yang memberikan kesan mendalam bagi hati dan jiwaku. saat itu, baru pertama kalinya Allah memberikan kesempatan padaku untuk mengajarkan tata cara baca Al-Qur’an bagi tuna netra , tentunya dengan menggunakan Arab Braille yang baru aq pelajari 2 hari sebelumnya.

Kumulai bina ukhuwah ku di keluarga yang sederhana itu dengan perkenalan, perkenalan dengan sang ibu yang penuh kesabaran itu. Setelah panjang lebar kami berbicara, dengan lembut ia memanggil putranya yang sangat ia sayangi itu, Ismail.

Subhanallah, … saat ku menjatuhkan pandanganku ke arah Ismail, hatiku lirih bergetar lembut, getarannya seolah menggoncangkan simpanan air mata ku yang sudah lama tidak jatuh membasahi pipi ini. Allahu Akbar! … dalam ketidak sempurnaan itu , ku melihat wajah yang bersinar, hati yang masih bersih, anak yang berbakti, serta kebahagiaan tersembunyi dalam dirinya. Dengan penuh senyum dan keceriaan dia memulai perkenalanku dengannya, “Assalamu’alaykum mas,…namanya mas siapa?”tanya dia.
“wa’alaykumsalam, nama mas …. Salim , Salim imani.” jawabku
kemudian percakapan panjang pun lebih mengakrabkan aq dengannya…

Dengan persiapan yang mungkin belum optimal , aq mulai membuka lembaran – lembaran kertas manila bertuliskan arab braille yang sudah menjadi keinginanku untuk mengajarkannya.

Subhanallah, …
sekali lagi, ku melihat kebesaran Allah nampak sangat dekat dengan diriku…
Ismail membaca huruf demi huruf, baris demi baris itu dengan sangat lancar, selancara anak yang sudah pandai membaca Al-Qur’an. Dengan tenang ia meraba tulisan-tulisan yang timbul itu sembari melantunkan apa yang ia baca.

” Ka Ta Ba Ba Ka Ta …..
Tsa Fa Ra Fa Tsa Ra, …”

Allahu Akbar! semakin besar kurasakan keagungan Allah tatkala aq mengiringi pelajaran membaca Al-Qur’an Braille itu dengan sharing-sharing ringan dengannya.

Di akhir pembicaraan, dia mengatakan , “Mas , dengan baca Al-Qur’an…itu bisa menguatkan hati lho..”
“Allahu akbar!!”

Secercah kalimat yang mengguncang relung qolbuq yang selama ini terus bergelimang dengan maksiat, baca Al-Qur’an ya…tapi seolah hanya menjadi pemanis lisan saja, tidak mampu menguatkan hati seperti apa yang dikatakan oleh Ismail itu. “Allah, ampunilah kelalaianku selama ini…, Astaghfirullah”.

Di sela-sela kita saling berbagi cerita, ia mengatakan, “Mas, saya hapal lho..jalan-jalan di daerah ini, ke masjid, ke pasar kambing, bahkan saya juga sering naik sepeda ke sana kemari”, cerita ia secara singkat.

“lho, dik .. pernah nggak waktu sepedaan terus nabrak orang yang lagi jalan”
“Alhamdulillah, ndak mas, setiap ada orang atau mobil atau gundukan jalan, tikungan, saya merasa harus hati-hati… kayak gini mas” , sambil dia memeragakan cara dia menghindari orang atau mobil yang melintas di sampingnya atau bahkan di depannya….

Subhanallah…
“dia memang tidak melihat dengan kedua matanya, namun AllahYang MahaAdil telah menganugerahi “mata” yang lain untuk bisa berjalan di bumi Allah ini sebagai tanda kasih sayang-Nya terhadap hambaNya”

Saudaraku…
kita punya mata, tapi sudahkah kita syukuri nikmat mata itu?
dengan tilawah Al-Qur’an, dengan melihat dan merenungi kebesaran Allah,
dengan menangis merenungi kelalalaian-kelalaian kita…

Saudaraku…
dia , Ismail, adalah salah satu pelajaran dari Allah untuk kita semua…
dia, Ismail, mempunyai semangat yang begitu menggelora untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan baik…
dia, Ismail, selalu memberikan keceriaan dan senyum yang tulus ketika bertemu dengan siapapun , walaupun tidak jarang orang-orang sering mengejeknya dengan sebutan “anak buta”… dia tidak sedih, “tidak saya hiraukan mas”, jawab dia dengan semangat…

Sedangkan kita…
manusia-manusia yang Allah berikan kesempurnaan penglihatan, pendengaran, indera , kaki, tangan, jasad yang masih sehat, Namun kita masih sering bermaksiat dengan nikmat yang Allah anugerahkan kepada kita. Sungguh tak tahu malu…

“Allahumma A’innii ‘Alaa Dzikrika Wa Syukrika Wa Husni ‘Ibaadatika”
(Ya Allah, Bantulah hamba ini untuk senantiasa mengingat-Mu, selalu bersyukur kepada-Mu, dan beribadah dengan baik kepada-Mu)

Semoga bermanfaat :)
Salim imani
http://bungakehidupan.wordpress.com

Tidak ada komentar: