Banyak perubahan yang terjadi di muka bumi ini berasal dari keingin tahuan. Rasa ingin tahu mengenai angkasa luar telah membuat orang terbang dan meneliti kesana , inilah yang menjadikan sesuatu yang tidak mungkin pada masa lalu telah menjadi kenyataan. Pemicu paling responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan memang adalah rasa ingin tahu. Tetapi disisi lain rasa ingin tahu terkadang harus membentur larangan-larangan yang dimaksudkan untuk mencegah keburukan yang di timbulkan rasa ingin tahu tersebut, namun semakin dilarang, orang cenderung semakin penasaran dan ingin tahu mengapa hal tersebut dilarang.
Dalam sebuah anekdot di ceritakan Pak Saman mempunyai usaha jual beli kambing dan untuk itu dia membuat papan reklame yang berbunyi " Di jual Berbagai Jenis Kambing " dengan gambar kepala kambing sebagai latar belakang tulisan. Anak-anak sekolah yang biasa lewat sewaktu pulang sering sekali menjadikan gambar kepala kambing tersebut sebagai sasaran lemparan ketapel. Pak Saman sering melarang dan marah kepada mereka tetapi semakin dilarang anak-anak tersebut semakin sering menjadikan papan rekalame tersebut jadi sasaran tembak. Karena kewalahan Pak Saman meminta nasehat kepada Pak Zainudin ustadz muda yang juga merupakan guru mengaji sebagian dari anak-anak tersebut. Pak Zainudin bersedia menasehati anak-anak tersebut tetapi disamping itu Pak zainudin juga memberikan ide pemecahan masalah kepada Pak Saman. Ke esokan harinya tiba-tiba terpampang sebuah papan beberapa meter di samping papan reklame Pak Saman yang berbunyi " Dilarang Melempar Pada Papan Ini " dengan gambar sapi sebagai latar balakang. Melihat hal ini anak-anak sekolah tadi justru memindahkan objek sasaran tembak pada papan baru tersebut. Sejak saat itu papan reklame Pak Saman tidak pernah diganggu.
Sifat penasaran memang membutuhkan penyaluran bukan penahanan, itulah mengapa semakin MUI melarang peredaran film "2012" film tersebut justru semakin laku, Hal yang sama pernah terjadi dengan majalah " Playboy" . Efek psikologis ini takutnya justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda sehingga akan muncul sensasi-sensasi baru yang sengaja di kontroversialkan untuk memancing MUI. Banyak orang yang tadinya tidak mengenal Miyabi justru jadi mengenal karena telah membeli kaset atau CD film porno tersebut. Maksud baik belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Lalu apakah itu berarti kita diam saja ketika ada kemungkaran yang terjadi didepan mata kita ? tentu saja tidak , akan tetapi pastisipasi kita dalam mencegah kemungkaran harus disertai dengan antisipasi, dan itu sangat tidak mudah dilakukan.
Di negara kita yang tercinta ini orang yang beragama Islam jauh lebih banyak daripada orang yang mengenal agama Islam. Orang yang mengenal jauh lebih banyak daripada orang yang mempelajarinya, dan orang yang mempelajarinya jauh lebih banyak daripada orang yang mengamalkannya. Ketika ada yang mengatakan bahwa negara Indonesia adalah mayoritas umat Islam tentu kita akan mengerti arah maksud si pembicara adalah yang pertama tadi, apalagi jika yang berbicara adalah non muslim. Dari sini kita akan mengerti bahwa kekurangan terbesar umat ini adalah ilmu. Berbicara dengan ilmu, berbuat sesuatu dengan ilmu, menasehati dengan ilmu , bahkan bersabarpun harus dengan ilmu.
Beberapa hari yang lalu, didepan rumah seorang ibu melarang anaknya bermain pasir didepan rumahnya. Anaknya yang masih berusia tiga tahun sedang asyik membuat rumah dari pasir " Andi jangan main pasir didepan rumah nanti kotor loh !" sahut sang ibu dari dalam rumah sambil terus memasak didapur . Tidak beberapa lama kemudian dia di kagetkan karena anaknya sedang membuat rumah dari pasir tersebut diruang tamu. Kita sepertinya telah lama meninggalkan pengajaran dengan contoh, sebaliknya kita justru sering melontarkan pernyataan negasi berupa larangan ketimbang anjuran. Sebenarnya kita telah mendapat sedikit contoh dalam merubah kalimat negasi menjadi kalimat apresiasi seperti yang awalnya " Dilarang Merokok " menjadi " Terimakasih Untuk Tidak Merokok " . Memang tidak banyak hasil yang didapat tetapi memulai sesuatu dari hal kecil seperti merubah cara penyampaian mengandung sedikit nilai pendidikan, sedikit nilai ahlak, sedikit nilai kesopanan yang suatu ketika diharapkan secara perlahan-lahan bisa merubah tingkah laku, Insya Allah.
Dari seorang Teman di Milis Daarut Tauhid, David Sofyan.
Dalam sebuah anekdot di ceritakan Pak Saman mempunyai usaha jual beli kambing dan untuk itu dia membuat papan reklame yang berbunyi " Di jual Berbagai Jenis Kambing " dengan gambar kepala kambing sebagai latar belakang tulisan. Anak-anak sekolah yang biasa lewat sewaktu pulang sering sekali menjadikan gambar kepala kambing tersebut sebagai sasaran lemparan ketapel. Pak Saman sering melarang dan marah kepada mereka tetapi semakin dilarang anak-anak tersebut semakin sering menjadikan papan rekalame tersebut jadi sasaran tembak. Karena kewalahan Pak Saman meminta nasehat kepada Pak Zainudin ustadz muda yang juga merupakan guru mengaji sebagian dari anak-anak tersebut. Pak Zainudin bersedia menasehati anak-anak tersebut tetapi disamping itu Pak zainudin juga memberikan ide pemecahan masalah kepada Pak Saman. Ke esokan harinya tiba-tiba terpampang sebuah papan beberapa meter di samping papan reklame Pak Saman yang berbunyi " Dilarang Melempar Pada Papan Ini " dengan gambar sapi sebagai latar balakang. Melihat hal ini anak-anak sekolah tadi justru memindahkan objek sasaran tembak pada papan baru tersebut. Sejak saat itu papan reklame Pak Saman tidak pernah diganggu.
Sifat penasaran memang membutuhkan penyaluran bukan penahanan, itulah mengapa semakin MUI melarang peredaran film "2012" film tersebut justru semakin laku, Hal yang sama pernah terjadi dengan majalah " Playboy" . Efek psikologis ini takutnya justru dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda sehingga akan muncul sensasi-sensasi baru yang sengaja di kontroversialkan untuk memancing MUI. Banyak orang yang tadinya tidak mengenal Miyabi justru jadi mengenal karena telah membeli kaset atau CD film porno tersebut. Maksud baik belum tentu menghasilkan sesuatu yang baik. Lalu apakah itu berarti kita diam saja ketika ada kemungkaran yang terjadi didepan mata kita ? tentu saja tidak , akan tetapi pastisipasi kita dalam mencegah kemungkaran harus disertai dengan antisipasi, dan itu sangat tidak mudah dilakukan.
Di negara kita yang tercinta ini orang yang beragama Islam jauh lebih banyak daripada orang yang mengenal agama Islam. Orang yang mengenal jauh lebih banyak daripada orang yang mempelajarinya, dan orang yang mempelajarinya jauh lebih banyak daripada orang yang mengamalkannya. Ketika ada yang mengatakan bahwa negara Indonesia adalah mayoritas umat Islam tentu kita akan mengerti arah maksud si pembicara adalah yang pertama tadi, apalagi jika yang berbicara adalah non muslim. Dari sini kita akan mengerti bahwa kekurangan terbesar umat ini adalah ilmu. Berbicara dengan ilmu, berbuat sesuatu dengan ilmu, menasehati dengan ilmu , bahkan bersabarpun harus dengan ilmu.
Beberapa hari yang lalu, didepan rumah seorang ibu melarang anaknya bermain pasir didepan rumahnya. Anaknya yang masih berusia tiga tahun sedang asyik membuat rumah dari pasir " Andi jangan main pasir didepan rumah nanti kotor loh !" sahut sang ibu dari dalam rumah sambil terus memasak didapur . Tidak beberapa lama kemudian dia di kagetkan karena anaknya sedang membuat rumah dari pasir tersebut diruang tamu. Kita sepertinya telah lama meninggalkan pengajaran dengan contoh, sebaliknya kita justru sering melontarkan pernyataan negasi berupa larangan ketimbang anjuran. Sebenarnya kita telah mendapat sedikit contoh dalam merubah kalimat negasi menjadi kalimat apresiasi seperti yang awalnya " Dilarang Merokok " menjadi " Terimakasih Untuk Tidak Merokok " . Memang tidak banyak hasil yang didapat tetapi memulai sesuatu dari hal kecil seperti merubah cara penyampaian mengandung sedikit nilai pendidikan, sedikit nilai ahlak, sedikit nilai kesopanan yang suatu ketika diharapkan secara perlahan-lahan bisa merubah tingkah laku, Insya Allah.
Dari seorang Teman di Milis Daarut Tauhid, David Sofyan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar